Sabtu, 07 April 2012

GALAU,"harga emas turun"



Cukup satu kali rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve atau The Fed, untuk membuat harga emas tertekan hingga ke posisi terendah sepanjang tiga bulan terakhir. Keengganan The Fed mendorong kembali stimulus moneter membuat harapan terhadap investasi emas di kalangan investor kehilangan gairah.

Situasi ini membuat harga komoditas tersebut di bursa berjangka Amerika Serikat turun 3,5 persen dan bertengger di posisi USD 1.614,10 per troin ons untuk pengiriman Juni. Inilah penurunan terbesar yang dialami emas dalam perdagangan sehari yang terjadi sejak akhir Februari.

Stimulus moneter, terutama dalam bentuk penurunan suku bunga, biasanya dilakukan oleh Bank Sentral untuk menggerakkan perekonomian. Melalui kebijakan seperti itu, biaya meminjam uang atau kredit akan lebih murah. Selanjutnya ini akan mengurangi ongkos produksi dan harga jual produk pun bisa ditekan. Karena itu, konsumsi tetap bergerak dan berimplikasi positif terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Dalam kasus emas ini, The Fed mengaku tidak siap lagi untuk menurunkan suku bunga acuan perbankan di Amerika. Respons terhadap kebijakan tersebut spontan, mengingat dalam kebijakan moneter jeda antara lahirnya kebijakan dan implikasinya, dikenal dalam ekonomi sebagai lag, jauh lebih cepat dibandingkan pada kebijakan fiskal.

Karena itu, sesaat kurs dolar AS langsung perkasa terhadap sejumlah mata uang dunia termasuk euro. Implikasinya, harga emas tertekan.

Namun jangan terlalu risau, karena gejolak di sektor moneter sangat berfluktuasi atau sangat elastis terhadap perubahan. Karena itu, belum tentu tekanan terhadap emas berlangsung lama.

Melihat situasi ekonomi global saat ini, belum ada tanda-tanda kuat yang dapat memastikan bahwa krisis keuangan benar-benar terselesaikan. Sementara investasi yang merupakan “lawan” atau “counter cyclical” dengan perekonomian adalah emas. Tak heran, komoditas ini kerap dimanfaatkan untuk mengamankan kekayaan di tengah ketidakpastian ekonomi, baik dalam maupun luar negeri.

Pada tiga bulan awal tahun 2012 ini, harga logam mulia mulai naik 6,7 persen dalam merespons koreksi dolar terhadap kelompok enam mata uang. Bisa jadi hal ini terus berlanjut, mengingat situasi krisis yang belum reda dan masih banyak investor yang menahan emasnya untuk mengamankan investasi pada instrumen lain.

Tentu saja bukan berarti harga emas tidak mungkin turun, terutama jika kenaikan harganya sudah sampai pada titik jenuh. Karena itu, tetap harus hati-hati memperlakukan investasi emas kendati reputasinya selama ini cukup baik dalam menjaga nilai kekayaan. Rata-rata harganya selalu lebih tinggi dibandingkan inflasi.

Fluktuasi yang terjadi seperti sekarang ini tidak bersifat fundamental. Berharaplah perekonomian di negara besar seperti Amerika lama pulih, sehingga investasi emas bisa memberikan imbal hasil yang meroket.

Namun sebagai bentuk kewaspadaan, sebaiknya investasi emas diniatkan untuk dalam jangka panjang sebagai lindung nilai (hedging) bagi aset yang ada. Beruntung, seandainya dapat tingkat pengembalian yang lebih besar dari harapan, apalagi di tengah tidak seimbangnya antara permintaan emas dengan pasokan.

Maklum, mengeruk emas dari dalam bumi tidak semudah mencetak mobil atau membuat gelas plastik yang setiap saat bisa diproduksi.

Tak kalah pentingnya, hindari prilaku serakah atau greedy dalam investasi. Simpan harta dalam beberapa keranjang investasi. Jangan lupa untuk mengenali target dan tingkat kepuasan ketika menanamkan dana, sehingga akal sehat tetap lebih dominan dalam menentukan investasi.

Herry Gunawan adalah mantan wartawan dan konsultan, kini sebagai penulis dan pendiri situs inspiratif: http://plasadana.com Baca Selengkapnya...